Sabtu, 27 Mei 2017

Resensi Novel Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan

  1. Identitas Novel :
Judul : Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan
No. ISBN : 9786028579919
Penulis : Akmal Nasery Basral
Penerbit : Qonita
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : Mei-2011
Jumlah Halaman : 306

  1. Latar Belakang Penulis :
Akmal Nasery Basral, lulusan Fisip UI yang bekerja sebagai wartawan majalah Tempo merupakan penulis novel yang berjudul batas antara keinginan dan kenyataan. Ia memulai karya novelisasi skenario film lewat “Nagabonar Jadi 2” (2007), “Sang Pencerah” (2010), yang terpilih sebagai Fiksi Terbaik Kategori Dewasa pada Islamic Book Fair (2011), dan kini Batas Antara Keinginan Dan Kenyataan (2011). Karya aslinya yang sudah terbit adalah Imperia (2005), Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006), Presiden Prawinegara (2011), dan Batas Antara Keinginan Dan Kenytaan (2011). Ia bisa di hubungi lewat surat elektronik dengan alamat akmal.n.basral@gmail.com dan akun twitter.

  1. Sinopsis
JALESWARI, dengan ambisi dan kepercayaan diri yang penuh, mengajukan diri untuk mengambil tanggung-jawab memperbaiki kinerja program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Dia menyanggupi masuk ke daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan dan menjanjikan dalam dua minggu ketidak-jelasan itu dapat diatasi

Ternyata suatu kehendak belum tentu sejalan dengan kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik-pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Konflik bathin terjadi ketika dia terperangkap pada masalah kemanusiaan yang jauh lebih menarik dan menyentuh perasaan dibanding data perusahaan yang sangat teoritis dan terasa kering karena pada hakekatnya masalah rasa sangat relatif dan memiliki kebenaran yang berbeda.

JALESWARI berada dalam tapal batas pilihan. Karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan dirinya bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat setempat. Jaleswari sangat memahami ADEUS, seorang guru yang dipercaya menjalankan program pendidikan, kini menjadi pribadi pendiam dan apatis, karena sistem pendidikan yang diinginkan perusahaan di Jakarta, tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat lebih memilih untuk jadi tenaga kerja yang dijanjikan jadi kaya oleh penjual jasa bernama OTIK. Salah satu korbannya adalah UBUH, pekerja TKI yang melarikan diri dari negeri tetangga. Oleh masyarakat Dayak disana, UBUH tak hanya beroleh perlindungan namun juga kehangatan dan keramahan yang perlahan membuatnya berangsur pulih dari trauma

Tragedi kemanusiaan ini, merubah pemikiran JALESWARI. Semua peristiwa terjadi di depan matanya. Jiwanya goncang dan PANGLIMA ADAYAK, kepala suku menuntunnya memahami “Bahasa Hutan” yang mengetengahkan rasa hormat dan cinta untuk tidak merusak dan sebaliknya malah menjaga dan meningkatkan harkat manusia dan lingkungan kehidupannya. Langkah JALESWARI sangat membantu ARIF sebagai instrumen negara yang dalam penyamaran dan ditugaskan di wilayah perbatasan.

Pokok-Pokok Isi Novel (Unsur Intrinsik) :

Tema : Sebuah budaya, adat istiadat menjadi batas dalam menjalani hidup.Tokoh dan Perwatakan :
  1. Jaleswari : Pekerja keras, pintar, dan baik hati
  2. Adeus : Penakut dan pantang menyerah
  3. Ubuh  : Penipu
  4. Arif     : Pintar, baik hati, dan pantang menyerah
  5. Panglima G Bengker : Tegas dan bijaksana
Alur :
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.

Sudut Pandang:
Novel ini memakai sudut pandang orang pertama tunggal sebagai tokoh utama.Latar :
  1. Tempat : Di sebuah dusun yang bernama Ponti Tembawang di daratan Kalimantan.
  2. Suasana :  Menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
  3. Waktu : Pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari.

  1. Amanat Novel :
Hidup memang dibatasi oleh Keinginan dan Kenyataan, namun kalau kita pergunakan Keinginan kita dengan baik kita bisa menghadapi Kenyataan yang sudah berada di depan mata kita.

  1. Kelebihan :
Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.

  1. Kelemahan :
Menggunakan kata kata yang sulit dimengerti dalam novel tersebut. Contohnya menggunakan bahasa hutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar